Friday, November 15, 2013

Sewa Helikopter Untuk Keperluan Medis


Sebagai salah satu alat transportasi, helikopter merupakan angkutan yang cukup efektif menjangkau medan nan berat. Karena, salah satu jenis burung besi ini bisa mendarat di mana saja tanpa perlu adanya landasan.

Nah, lantaran efektif, banyak korporasi dan perusahaan meliriknya sebagai salah satu angkutan yang diandalkan untuk keperluan medis diperusahaan mereka. Salah satu pelaku usaha ini adalah Whitesky Aviation. Perusahaan ini. Menurut Denon Prawiraatmadja, CEO Whitesky Aviation, ceruk pasar dibisnis ini makin terbuka lebar.


Misalnya saja bisnis pertambangan minyak atau rigg offshore, tambang batubara, perkebunan kelapa sawit, kehutanan Pasalnya, bisnis-bisnis tersebut banyak terdapat dimedan yang berat untuk dilalui. Bahkan ada juga klien yang harus dirujuk ke negara tetangga, dan menggunakan pesawat helikopter.

"Whitesky Aviation sendiri saat ini sudah meneken kontrak dengan beberapa perusahaan eksplorasi minyak untuk keperluan layanan helikopter medis ini," lanjut Denon. Dalam sebulan, perusahaan ini bisa 5 - 8 kali terbang.


Biaya sewa helikopter dihitung dari mulai bergeraknya helikopter sampai wilayah tujuan, kemudian lamanya observasi wilayah tujuan dan lamanya perjalanan pulang dari wilayah tujuan ke Bandara Halim, Jakarta Timur.

"Prospek bisnis ini sangat bagus. Karena perusahaan sangat memperhatikan kesehatan dan keselamatan para karyawan mereka dilapangan. Perusahaan kami menawarkan ketepatan waktu untuk jasa helicopter medis ini," tambah Denon.


Monday, November 11, 2013

INACA vows to improve safety, security ahead of ASEAN Open Sky Policy 2015

INACA Board 2013-2016 (Left - Right) Denon Prawiraatmadja-Vice Chairman, Arif Wibowo-Chairman, Herry Bakti (Dirjen Perhubungan Udara), Bayu Sutanto-Vice Chairman

The Jakarta Post: Newly appointed Indonesian National Air Carriers Association (INACA) chief Arif Wibowo says the association under his leadership has vowed to improve the country’s levels of aviation security and safety as part of the preparations for the ASEAN Open Sky Policy in 2015.

“We will join forces with the government to tackle these two issues,” Arif said on Saturday.
Arif, who is currently PT Citilink Indonesia’s CEO, has replaced Indonesia’s flag carrier airline Garuda Indonesia’s president director Emirsyah Satar as INACA chief for the 2013-2016 tenure.

According to the International Civil Aviation Organization (ICAO), Indonesia is still in the Catch 2 category for security and safety while several other Asian countries such as Malaysia, Singapore, Thailand and Vietnam have secured the higher Catch 1 category.

To date, only Garuda Indonesia has secured the IATA Operational Safety Audit (IOSA) out of 12 airlines that operate in the country. As for airports, according to Bayu Sutanto of INACA, there are only five airports that have been declared international airports by the government and have met the requirements for the upcoming open sky policy. The airports are Kuala Namu in North Sumatra, Soekarno-Hatta in Jakarta, Djuanda in Surabaya, Ngurah Rai in Bali and Sultan Hasanuddin in Makassar.

Meanwhile, Denon Prawiraatmadja Chairman of Unscheduled Flight INACA give his optimism regarding the market in South East Asia, especially Indonesia.

“A lot of global business player seek their opportunities to open their business in South East Asia, especially Indonesia. The demand of private air chartered also increase. The opportunities comes from tourism, medical transportation, and business transport” Said Denon. (dic)